Misteri Kandungan yang Hilang - Bagian 2

ilustrasi


BELUM juga terkuak teka-teki kandungan Titin yang lenyap secara gaib, tiba-tiba Titin harus mengalami kembali kejadian yang serupa.

Kandungannya kembali hilang pada usia sembilan bulan. Tentu saja prasangka buruk dari segelintir masyarakat pun kembali muncul ke permukaan.

Terlebih lagi suami Titin pernah  menggelar kemahiran atraksi akrobat di atas panggung. Benarkah Ubud sedang menuntut ilmu hitam, dengan mengorbankan bayinya sebagai persembahan untuk siluman? Mari kita ikuti kelanjutan kisahnya.

**


SETELAH memiliki seorang anak perempuan, Titin dan Ubud sudah melupakan pengalaman pahit yang pernah menimpanya. Namun apa hendak dikata, bayangan kelam itu tiba-tiba muncul kembali, terutama pada saat Titin mengandung anak untuk yang keempat kalinya.

Anu kaopat mah, henteu ical deui. Putra abdi lahir kalayan salamet. Malah tos dipasihan nami Wini. Namung nembe dua sasih, dipundut deui ku Nu Kagungan (Yang keempat ini tidak hilang. Anak saya lahir dengan selamat. Bahkan sudah saya beri nama Wini. Namun baru berusia dua bulan, telah dipanggil kembali oleh Yang Maha Memiliki),”

tutur Ubud dengan mata yang berkaca-kaca. Pandangan matanya dilemparkan ke arah pintu, seakan ingin menerobos sejauh mungkin, mengingat kembali saat-saat yang pernah dilaluinya.

Bukan kematian anaknya yang disesali. Sebab Ubud sadar, semua itu sudah merupakan kehendak Alloh SWT. Namun yang membuatnya bingung adalah kandungan kelima istrinya yang lagi-lagi menghilang pada usia delapan bulan.

Sasih Rewah kamari, abdi belaan anjuk ngahutang, ngulem kulawargi sareng tatanggi kanggo ngayakeun syukuran tujuh sasih. Namung aneh pisan, lambut Titin kalah ngempesan deui, tug dugi ka  Bidan nyaurkeun henteu hamil. Padahal sateuacaanna mah eces pisan, bidan eta keneh anu sok tulaten marios pun bojo teh

(Bulan Rewah kemarin/1424 H, saya sampai meminjam uang, mengundang keluarga dan para tetangga untuk melangsungkan syukuran tujuh bulan. Namun aneh, perut Titin malah mengempis lagi, sampai akhirnya bidan menyatakan tidak hamil. Padahal sebelumnya sangat jelas, bidan itu juga yang selalu rajin membantu istri saya merawat kandungannya),”

kata Ubud sambil memperlihatkan secarik kertas yang merupakan berkas bukti pemeriksaan Titin pada saat ‘mengandung’.

Di berkas tersebut tertera dengan jelas bahwa Titin sedang hamil. Ditandatangani oleh Bidan Yanti pada tanggal 28 Agustus 2003, dengan alamat Puskesmas DTP Tinewati, Jl. Raya Barat Singaparna.

Artinya bahwa secara medis, tak dapat diragukan lagi bahwa Titin memang hamil. Lalu secara medis pula, dua bulan kemudian Titin dinyatakan tidak hamil.

Pengalaman pahit kedua-kalinya yang menimpa keluarga Ubud, sampai saat ini masih menjadi sebuah ‘enigma’ yang sulit untuk dikuak.

Pernah suatu kali, Ubud bertanya kepada orang yang dianggap tua di Kampung Sukarasa. Apa jawaban beliau terhadap hilangnya kandungan Titin?

Anjeunna nyaurkeun mun yen putra abdi teh atos lahir sacara gaib. Putra abdi pameget. Namina Asep Mulyana, kalayan kiwari bumetah di Cirebon (Ia mengatakan bahwa anak saya telah lahir secara gaib. Anak saya laki-laki. Namanya adalah Asep Mulyana, dan sekarang tinggal di Cirebon),” kata Ubud, menirukan perkataan sesepuh tersebut. Hanya itu saja jejak yang diketahui Ubud tentang lenyapnya kandungan Titin.

Ubud tidak mendapat keterangan secara terperinci, di mana tepatnya tempat tinggal anaknya. Di alam manusia atau di alam gaib? Entahlah, yang pasti sesepuh itu mengatakan anaknya telah lahir dengan selamat, dan sekarang tinggal di Cirebon. Entah di mana Cirebon-nya.

Ubud bisa Terbang dan Tidak Mempan Senjata 
 TEPATNYA pada bulan Agustus 2003 yang lalu, ketika Titin masih ‘mengandung’. Seperti halnya di daerah-daerah yang lainnya, di Kampung Taneuh Beureum pun semarak dalam menyambut HUT (Hari Ulang Tahun) Proklamasi  kemerdekaan Republik Indonesia yang ke-58.

Berbagai acara perlombaan dan pertunjukan kesenian digelar untuk lebih memeriahkan acara. Tak ketinggalan, Ubud, sebagai warga yang merasa menjadi bagian dari masyarakat Taneuh Beureum, tentunya ingin pula berpartisipasi memeriahkan acara.

Terlebih lagi para kawula muda Kampung Taneuh Beureum memang menginginkan Ubud untuk tampil di atas panggung, mementaskan kebolehannya dalam bidang akrobat.

Teu aya niat bade ujub ria takabur. Eta mah ngiring ngareuah-reuah acara HUT Proklamasi weh, minangka partisipasi abdi ka Kampung Taneuh Beureum (Tidak ada niat saya untuk menyombongkan diri. Hal itu hanya sebagai wujud dari partisipasi saya terhadap Kampung Taneuh Beureum untuk lebih memeriahkan acara HUT Proklamasi Kamerdekaan),”

begitu kata Ubud sambil menceritakan pengalamannya mentas di atas panggung, disaksikan sebagian warga Taneuh Beureum.

Bisa jadi, penampilan Ubud itulah yang lebih menguatkan opini buruk segelintir masyarakat Taneuh Beureum dalam menyikapi kejadian aheng yang menimpa istrinya.

Betapa tidak? Dalam atraksi 17 Agustus tersebut, Ubud mempertontonkan adegan terbang, potong leher, berjalan di atas paku, minum air mendidih, menyisir dengan api, dan sebangsanya. Suatu tontonan aksi luar biasa yang jarang terjadi di Taneuh Beureum.

Tentunya Ubud pun memandang wajar, jika sebagian masyarakat menganggap dirinya memiliki ilmu gaib. “Padahal abdi mah enyaan, teu gaduh  elmu gaib nanaon (Padahal saya benar-benar tidak memiliki ilmu gaib apa-apa),”

Ubud menegaskan kembali. Ia menyangkal kalau dirinya punya ‘kenalan’ mahluk halus, apalagi mengadakan sebuah perjanjian sesat.

Menyelidiki sebuah perkara, memang tidak cukup dipandang hanya dari sebuah sudut saja. Tentang Ubud yang pandai mempertontonkan kemahirannya dalam bidang akrobat, ternyata Ubud mengacu pada sebuah buku yang didapat dari seorang sahabatnya.

Dari buku itulah Ubud belajar akrobat. Dan tentunya tidak semudah itu pula mempelajarinya. Kurang lebih empat tahun, Ubud berlatih. Termasuk Ubud pun pernah mengalami kegagalan, ketika ia mengadakan semacam percobaan atraksi.

Siapa sahabat Ubud yang memberikan buku itu? Untuk lebih memastikan kebenaran ucapannya, Ubud mengajak penulis untuk menemui sahabatnya secara langsung ke Kampung Simpar, Desa Panjalu, Kecamatan Panjalu, Kabupaten Ciamis.

Sahabat Ubud yang tak mau disebutkan namanya, membenarkan bahwa ia pernah memberi hadiah dua buah buku “Rahasia Sulap dan Akrobat” kepada Ubud. ”Dalam buku itu dijelaskan secara rinci, bagaimana rahasia sulap dan akrobat.

Namun tidak cukup hanya membacanya selintas. Perlu bakat dan minat serta ketekunan yang tinggi dalam mempelajarinya. Saya pun tidak bisa melakukannya. Yang jelas, tidak memerlukan hubungan dengan mahluk halus atau apa pun sebangsanya,” Ucap sahabat Ubud, yang juga tidak mau mengatakan asal muasal buku tersebut.

Lalu bagaimana dan di mana Ubud bertemu dengan sahabatnya itu, sehingga buku itu sampai diberikan kepada Ubud?

“Dulu saya bertemu dengan Kang Ucok (panggilan sahabatnya kepada Ubud di Cipadung, Bandung. Dia pernah membuka tambal ban di sekitar Patal Cipadung, kira-kira tahun 1997 sampai 1998. Kang Ucok itu orang baik. Ia sangat sopan dan ramah sama siapa pun."

begitulah paparan sahabat Ubud dengan penuh keterbukaan. Ia bersumpah kalau mengatakan hal tersebut, bukan semata-mata dikarenakan kedekatannya dengan Ubud.

Teka-teki di balik lenyapnya kandungan Titin, sampai detik ini belum terkuak. Namun Ubud tidak putus asa.

"Wallohualam…”. Hanya Alloh Yang Maha Tahu.***(diceritakan kepada Ekspresif.Com)

0/Post a Comment/Comments

Previous Post Next Post