Bagi yang belum pernah merasakan kehilangan dokumen penting, bisa saja apatis dan tidak terlalu mempedulikan, atau bahkan menganggap hal kecil terhadap orang yang kehilangan surat-surat berharga.
Namun, tentu saja masih banyak orang yang bisa turut merasakan galaunya kehilangan STNK, meskipun belum pernah mengalami…. Atau lebih tepatnya: tidak ingin mengalami.
Betul, saya mendoakan… semoga semua kawan-kawan tidak seceroboh saya. Jangan pernah mengalami kehilangan dokumen berharga.
Namun, jika suatu saat nanti ada yang terkena musibah kehilangan, saya doakan pula semoga bisa kembali dengan utuh.
Tulisan ini pun lebih difokuskan kepada orang-orang yang kebetulan menemukan surat berharga milik orang lain.
Berdasarkan pengamatan, ada beberapa tipe orang yang bisa diukur dari sikapnya pada saat menemukan dokumen berharga milik orang lain.
Ini sangat menentukan apakah dokumen itu akan dikembalikan atau tidak kepada pemilik aslinya. Jangan bilang dokumen itu tidak penting untuk orang yang bukan pemiliknya.
Sebab, dokumen itu pun bisa dimanfaatkan untuk kepentingan orang yang menemukannya, jika ia memiliki niat jahat atau culas.
Ketika ada yang menemukan STNK, misalnya, sepintas STNK itu tidak berarti apa-apa bagi dirinya. Tapi, kalau ia punya niat jahat, maka ia akan mencari “pasangan” STNK itu dengan berbagai cara.
Misalnya pada saat kendaraannya sedang diparkir di mal, lalu dia mencurinya. Dia bisa keluar dari mal, meskipun tidak punya tiket parkir. Tinggal perlihatkan STNK asli, dan bayar Rp 20 Ribu sebagai sanksi “pura-pura” kehilangan tiket parkir.
Maka, inilah tipe-tipe orang yang kebetulan menemukan dokumen berharga milik orang lain.
TIPE A
Berbahagialah bagi orang yang masuk kategori ini. Dia memiliki kepedulian yang sangat tinggi. Ketika menemukan barang atau surat berharga, pada saat itu pun langsung mencari pemiliknya dengan berbagai cara, tanpa berharap mendapat imbalan apapun. Kalau ada telepon yang bisa dihubungi, langsung ditelepon, atau kalau tidak ada nomor telepon, lihat alamat pemiliknya. SIM, KTP, atau STNK itu kan ada alamatnya.
Saya pernah bertemu dengan orang bertipe A, ketika beberapa tahun yang lalu dompet saya jatuh di Jalan Bojongsoang, Bandung.
Saya tidak menyadarinya. Saya baru sadar ketika sudah sampai di rumah, tiba-tiba ada seorang saudara saya yang menelepon, mengabarkan dompet saya jatuh di daerah Bojongsoang.
Jadi, orang yang menemukan dompet saya langsung memeriksa dompet, mencari nomor yang bisa dihubungi. Kebetulan di dompet saya terselip nomor HP saudara sepupu saya
Saya langsung menuju Bojongsoang, setelah saya menelpon orang yang menemukan dompet saya. Tentu, saya mendapat nomor HPnya dari saudara.
Dia sudah menunggu di pinggir jalan, dan mengembalikan dompet saya dengan seutuhnya (Uang, SIM, STNK, KTP, ATM, dll). Dia juga menolak ketika saya memberikan beberapa lembar uang, sebagai tanda terimakasih saya.
TIPE B
Ketika menemukan barang atau surat berharga, ia langsung bersusah-payah mencari pemiliknya, seperti halnya yang dilakukan orang bertipe A.
Ia juga tidak berharap mendapatkan imbalan apapun dari sang pemilik, tetapi kalau dipaksa untuk menerima imbalan, ia akan menerimanya.
Mungkin saya masuk pada tipe B. Sebab, berdasarkan pengalaman saya, pada suatu hari saya menemukan dompet berisi surat-surat berharga dan uang. Saya mencari alamat pemiliknya, tanpa berniat mendapat imbalan apapun. Tetapi ketika saya diberi uang, saya menerimanya.
TIPE C
Ketika menemukan barang atau surat berharga, ia langsung bersusah-payah mencari pemiliknya, seperti halnya yang dilakukan orang bertipe A.
Hanya saja, orang bertipe C ini berharap mendapatkan imbalan dari sang pemilik. Meski begitu, saya pikir, tidak masalah. Dan tipe ini, masih saya kategorikan sebagai orang yang baik hati dan memiliki kepedulian.
TIPE DKetika menemukan barang atau surat berharga, dia mencoba mencari nomor HP yang bisa dihubungi. Tapi kalau tidak ada nomor HP, dia membawanya pulang, dan berniat akan mengembalikannya ke alamat yang ada di SIM atau KTP, setelah dia santai dari rutinitas sehari-harinya.
Dia benar-benar mau mengembalikannya tanpa menitipkan kepada orang lain, karena takut tidak sampai kepada orang yang berhak.
Namun kesibukannya memaksa untuk menunda beberapa hari sampai dia punya waktu luang mencari alamat pemilik, tanpa berharap mendapat imbalan apapun, tetapi kalau diberi, dia tidak akan menolak. Tipe ini pun saya pikir sangat baik.
TIPE E
Ketika menemukan barang dan surat berharga, dia sangat girang karena mendapatkan rezeki nomplok.
Misalnya dia menemukan dompet, maka dia akan mengambil uangnya dan mencoba menghubungi pemilik dompet tersebut. Lalu dia berbisnis, dengan meminta tebusan kepada pemiliknya. Tipe orang seperti ini terbilang lumayan dan masih bisa dimaklumi, jika tebusannya masih bisa dinegoisasikan.
Misalnya saat dia menawarkan untuk menebus STNK sebesar Rp500 Ribu, tentu saja pemilik STNK akan memilih menebusnya daripada harus bersusah-payah membuat STNK baru. Tapi kalau meminta tebusannya Rp5juta, itu sudah masuk kategori penjahat.
TIPE F
Ketika menemukan barang atau dokumen berharga dia langsung melemparkan ke sungai atau dikoleksi di kamarnya, tanpa berniat mengembalikan kepada sang pemiliknya.
Iniliah tipe orang kurang ajar, yang tidak perlu ditiru.
Tips Mengembalikan Surat Berharga Yang “Berbahaya”
Maksud “berbahaya” disini adalah jika kita menemukan dompet yang disinyalir bekas pencopet. Kita perlu berhati-hati meski kita berniat baik.
Sebab, kalau salah langkah kita bisa dituduh pencopetnya. Saya pernah mendapat pengalaman yang kurang mengenakan ketika menolong seorang yang jatuh dari motor pada malam hari di Jl. Kebonjati, Bandung.
Selain menolongnya, saya pun menghubungi keluarganya melalui ponsel. Namun pada akhirnya malah saya dituduh menabraknya, dan hampir dikeroyok oleh keluarganya.
Untungnya saya masih bisa kabur. Tapi pengalaman itu tidak membuat saya jera untuk selalu mencoba dan berusaha berbuat kebaikan kepada sesama. Namun, setidaknya sejak itu, saya selalu berhati-hati meskipun saya berniat menolong, termasuk mengembalikan surat berharga.
Saya pernah menemukan sebuah dompet di bis kota. Lalu, saya pungut dompet tersebut, dan saya periksa isinya.
Tidak ada uang selembar pun. Namun di dalamnya ada KTP, SIM, dan STNK motor. Saya yakin, pemilik dompet tersebut adalah korban pencopetan.
Saya berpikir keras cara mengembalikannya. Dan akhirnya saya mendapatkan ide.
Saya mencari alamat rumahnya. Setelah saya berada di sekitar rumahnya, saya tidak langsung menuju ke rumahnya, melainkan mencari rumah Pak RT.
Lalu saya menceritakan kronologis dompet yang saya temukan, dan sekaligus meminta diantar Pak RT ke rumahnya.
Alhamdulillah, saya diterima dengan baik, dan tidak ada seorang pun yang menuduh saya pencopet.
Bahkan ketika saya pamitan mau pulang, saya dipaksa untuk menerima beberapa lembar uang. Saya terima saja, karena saya orang yang bertipe B.*** (Ekspresif.Com)
Komentar