Betul sekali pribahasa Sunda yang mengatakan 'kaduhung mah tara datang tiheula' (Penyesalan tidak akan datang sebelumnya). Setidaknya, pengalaman yang dialami Anit (bukan nama sebenarnya), telah menjadikan penderitaan yang berkepanjangan. Malah tidak menutup kemungkinan, rumah tangga yang sedang dijalaninya juga akan hancur berantakan. Dan itu semua adalah akibat kelakuannya semasa berpacaran dengan Gaga (bukan nama sebenarnya). Semoga kisah ini bisa dijadikan sebagai cerminan, agar tidak dialami oleh para pembaca semuanya. Begitulah yang diharapkan oleh ibu rumah tangga berusia 27 tahun ini, sebelum mengawali kisahnya.
***
Ketika aku masih duduk di kelas dua SMA, banyak teman laki-laki yang mengatakan bahwa aku adalah seorang 'gadis idaman yang menarik hati'. Entah karena bentuk tubuhku, atau karena wajahku. Yang pasti, aku tidak merasa sombong dengan kelebihan yang kumiliki. Bahkan aku mencoba untuk selalu bersyukur kepada Tuhan YME. Kusadari bahwa semua itu adalah pemberian Tuhan, yang sudah semestinya kupelihara dan kusyukuri.
Tentu saja banyak lelaki tampan yang berusaha untuk menarik perhatianku. Tak sedikit diantaranya yang mengaku anak orang kaya raya. Apakah aku mesti mendapatkan seorang pendamping yang tampan dan kaya? Itulah pertanyaan dalam hatiku, ketika aku mulai jatuh cinta kepada seorang teman sekelasku. Sebut saja namanya Gaga, lelaki asal sebrang yang justru wajahnya tidak terlalu tampan. Namun dia memiliki daya tarik tersendiri. Kesehariannya sangat sederhana. Kepribadian dan kepandaiannya di kelas, telah membuatku hampir tergila-gila kepadanya. Untung saja aku bisa mengendalikan diri. Walau bagaimanapun, aku seorang wanita, yang tidak sepantasnya memulai untuk menjalin sebuah hubungan asmara. Aku hanya berusaha memberikan simpati kepadanya dengan berbagai cara.
Dengan penuh kesabaran, akhirnya saat yang kunanti-nantikan pun tiba. Gaga datang ke rumahku dengan alasan mau meminjam buku pelajaran. Dan ternyata, dibalik tujuannya meminjam buku itu, tersimpan juga maksud yang lain. Awalnya Gaga hanya berbincang seputar sekolahan. Lalu menyerempet kepada persoalan pribadi, sampai pada akhirnya dia mencurahkan segala isi hatinya kepadaku. Yah, dia jatuh cinta kepadaku. Tentu saja aku tidak langsung menerimanya. Seolah-olah aku merasa kaget dengan pernyataan Gaga, dan kujanjikan jawabannya dengan sepucuk surat yang akan kukirim seminggu kemudian.
Betapa bahagianya hatiku. Cintaku tidak bertepuk sebelah tangan. Apalagi setelah kudengar pengakuan Gaga, yang ternyata sejak kelas satu SMA sudah jatuh cinta kepadaku. Pantas saja dia mengucapkan 'selamat ulang tahun' ketika usiaku menginjak tujuh belas tahun. Dan memang banyak sekali hal-hal yang dilakukan oleh Gaga untuk memancing perhatianku. Betapa cerdiknya, sampai aku tidak menyadarinya, tahu-tahu aku jatuh cinta kepadanya.
Terjalinlah cinta kasihku dengan Gaga. Hari-hariku penuh dengan keindahan yang tidak terlukiskan. Hampir tiap saat, aku selalu bersama-sama dengan Gaga. Seakan rasa rinduku tidak habis-habisnya. Entah kenapa, semakin lama aku semakin menyayanginya. Cumbu rayunya selalu membayangi ingatanku dalam setiap masa. Terus terang saja, aku dan Gaga terlalu jauh dalam bercinta. Setiap ada pertemuan dan kesempatan, pasti saja melakukan suatu perbuatan yang sangat dilarang oleh agama. Tapi aku tak mempedulikannya, sebab aku selalu mendapat kepuasan dan kenikmatan yang tiada tara.
Hampir tidak kusadari juga, bahwa hubungan cintaku telah melampaui batas. Mahkota kebanggaan seorang wanita, telah kuberikan kepada Gaga. Bukan sekali atau dua kali, aku bahkan tidak bisa menghitung perbuatan terlarang itu dengan Gaga. Yang jelas, semakin hari, aku kian ketagihan dan selalu ingin melakukannya. Sampai-sampai aku pun tak peduli, ketika suatu kali Gaga memotretku dalam keadaan bugil.
Setelah mahkotaku hilang, aku dicampakannya.
Detik-detik melaju dengan cepatnya. Angkatanku sudah menyelesaikan masa sekolah di SMA. Perpisahan dengan almamater pun dilaksanakan di tempat istimewa. Tak kuduga sama sekali, ternyata perpisahan almamater tersebut, adalah juga perpisahanku dengan Gaga. Baru kutahu jika Gaga adalah seorang pengecut. Tanpa kabar apa pun, dia pulang ke kota kelahirannya, dan tak pernah menemuiku lagi. Menjadikan hancurnya harapan indahku yang telah lama kuukir sebelumnya. Untung saja, aku tak lupa menggunakan obat KB, agar perbuatanku dengan Gaga tidak menyisakan aib. Di satu sisi yang sangat kecil, aku masih selamat dari wiwirang di kolong catang.
Aku benar-benar membenci Gaga. Dia laki-laki penghianat, kejam, dan pengecut! Hingga aku begitu sulit untuk bisa jatuh cinta lagi. Aku mengalami trauma psikologis. Sampai pada akhirnya, setelah dua tahun berpisah dengan Gaga, pada suatu hari aku bertemu dengan seorang lelaki yang bekerja di sebuah Bank. Usianya lebih tua lima tahun dari usiaku. Namanya adalah Doya (bukan nama sebenarnya), seorang lelaki berwajah tampan yang sikapnya penuh dengan kedewasaan. Dia pertama kali mengajakku berkenalan, ketika aku akan mengambil uang di Bank tersebut.
Singkat ceritanya, aku dan Doya kemudian berpacaran. Bahkan tak lama kemudian, Doya mengajakku menikah. Tentu saja aku bahagia. Namun kebahagiaan itu mendadak sirna, setelah aku sadar bahwa aku sudah tidak suci lagi. Tak dapat kubayangkan, kekecewaan yang akan dialami oleh Doya setelah nanti dia mengetahui keadaanku. Tapi aku pun tak kuasa untuk menolaknya, sebab aku sudah terlanjur mencintainya. Bahkan aku begitu takut kehilangan Doya. Harus bagaimanakah aku?
Akhirnya aku memutuskan untuk membuat sebuah skenario palsu. Memang sangat kejam. Tapi semua itu kulakukan demi tercapainya cita-citaku dan juga harapan Doya. Aku membuat sandiwara yang sangat licik, dengan berpura-pura menolak lamaran Doya, karena alasan kuliah. Membuat Doya sangat terpukul dan langsung prustasi. Betapa tidak, walau bagaimanapun, aku telah mematahkan hatinya. Dan perkiraanku tidak meleset. Doya lari pada minuman keras. Hampir tiap malam, dia mabuk-mabukan.
Pada suatu malam, aku menemui Doya ke rumah kontrakannya. Ketika aku masuk, terlihat Doya yang sedang mabuk minuman. Begitu Doya melihat kehadiranku, dia langsung memelukku sambil berbicara tidak karuan. Dan pengaruh minuman keraslah yang menuntun Doya untuk menyeretku ke tempat tidur. Aku pura-pura memberontak, tapi tenaga Doya cukup kuat walau dalam keadaan mabuk. Hingga pada akhirnya sandiwaraku berjalan dengan lancar. Aku menangis tersedu-sedu disamping Doya, setelah (tak lupa) meneteskan darah ayam pada seprei, yang sengaja telah kupersiapkan.
Doya tak menyadari jika aku sudah tidak suci lagi. Pasti dikarenakan mabuknya yang terlalu parah, membuat dirinya tidak bisa membedakan seorang wanita yang perawan atau sudah bukan perawan lagi.
"Aku akan bertanggung jawab." Begitu yang dikatakan Doya, pada keesokan harinya. Dia seperti puas dengan apa yang dilakukannya. Tak terlintas suatu penyesalan yang tergambar dari raut wajahnya. Dia memang mencintaiku, seperti aku yang begitu mendambakannya. Pernikahan pun dilaksanakan dengan sangat meriah.
Gaga Mengusik Rumah Tanggaku
Jalinan rumah tanggaku dengan Doya sudah berlangsung selama dua tahun. Kulalui dengan penuh suka cita. Doya menyayangiku setulus hatinya. Aku sangat beruntung mempunyai seorang pendamping seperti Doya.
Tapi kebahagiaanku terusik. Pada suatu hari, ketika suamiku sedang bekerja, Gaga datang ke rumahku. Entah tahu dari mana alamatnya. Yang jelas, membuatku kaget setengah mati. Aku sangat muak melihat wajahnya.
"Mau apa kau datang kemari?" tanyaku dengan nada yang ketus.
"Aku rindu padamu, yang..." jawabnya dengan sangat kurang ajar. Aku semakin muak saja. Apalagi ketika Gaga beraninya memeluk tubuhku. Aku mau berteriak, biar tetanggaku menghajarnya. Tapi aku terpaku ketika dia memperlihatkan beberapa buah photoku dalam keadaan bugil.
"Apa yang kau inginkan, hah? Apakah kau tidak puas menghancurkan hatiku?" tanyaku dengan hati yang berdebar-debar.
"Aku tak menginginkan apa-apa. Aku hanya minta satu kali lagi, sayang. Dan photo ini akan kumusnahkan bersama negatifnya." Begitulah yang dikatakan Gaga. Membuatku tercenung beberapa saat. Aku sangat bingung menghadai masalah ini. Jika keinginan Gaga tidak kupenuhi, aku sudah bisa membayangkan apa yang akan Gaga lakukan dengan photo itu.
"Aku punya uang banyak, untuk menebus photo itu," aku mencoba untuk mencari jalan lain.
"Aku tak butuh uang, yang. Aku hanya butuh kamu beberapa saat." Kata Gaga sambil meraih tubuhku. Yah, aku tak bisa menolaknya. Hanya hatiku saja yang mengupat segala kebiadaban Gaga. Aku melayaninya, sebab takut kehilangan suamiku. Sekali lagi, aku melayani keinginan seorang laki-laki yang sangat aku benci. Posisiku sangat tersudutkan, mengakibatkan tak ada jalan lain lagi, selain mengarungi sebuah kebiadaban, kenistaan, dan penghianatan.
Aku telah menghianati suamiku, demi keutuhan rumah tanggaku. Mungkin Aku adalah wanita yang paling berdosa di dunia ini. Betapa hancurnya hatiku, ketika menyaksikan suamiku yang setiap saat selalu memberikan kasih sayangnya yang tulus. Dia bekerja tanpa kenal lelah, demi memenuhi kebutuhan hidupku.
Dan ternyata, kelakuan Gaga tidak hanya sampai disana. Photo bugilku masih berada dalam tangannya. Tentu saja, dia tak akan semudah itu menghancurkannya. Sebab photo itu dijadikannya sebagai senjata yang sangat ampuh. Hampir setiap minggu, Gaga menelponku. Terkadang aku harus menemuinya di penginapan, atau di kontrakannya. Pokoknya Gaga semakin biadab.
Bahkan lama-kelamaan, setelah dia puas melepaskan hasrat kebinatangannya, Gaga juga berani meminta uang kepadaku. Aku tak berdaya. Gaga seenaknya menjadikanku sebagai wanita pemuas nafsunya, sekaligus wanita yang menjadi sumber penghidupannya. Hingga aku semakin terpuruk dalam lembah kenistaan. Entah apa yang harus kulakukan. Aku tak mau diperbudak oleh Gaga, tapi aku tak mau kehilangan suamiku tercinta.
Aku Semakin Terpuruk
Yang paling menyakitkan atas perlakuan Gaga adalah ulahnya yang semakin bejat. Pada suatu ketika, aku tidak hanya dipaksa memuaskan hawa nafsunya saja. Dengan ancaman yang semakin menjadi-jadi (untuk mengirimkan photo-photo bugil tersebut pada suamiku), aku juga harus melayani dua orang temannya yang sebaya dengan Gaga. Mereka begitu buasnya menginjak-injak harga diriku. Sampai aku hampir saja pingsan, ketika tiga lelaki biadab itu mencoba mempraktekan sebuah adegan gila, seperti dalam film blue.
Tak pernah terlintas dalam benakku, jika aku akan mengalami kisah yang sangat buruk seperti ini. Aku telah terhempas pada jurang yang sangat hitam. Bahkan aku juga merasa lebih gila daripada para pelacur yang suka nongkrong di pinggir jalan. Bedanya, aku adalah seorang ibu rumah tangga dari suami orang yang terhormat. Tapi dihadapan Tuhan, tetap saja aku adalah wanita yang sangat keji.
Setelah Gaga mengerjaiku bersama dua orang temannya, empat bulan lamanya dia tak menghubungiku. Kudengar selintas kabar yang mengatakan Gaga pulang lagi ke kotanya. Tentu saja aku merasa bahagia yang tiada tara. Aku berharap agar Gaga tidak kembali lagi kesini untuk selama-lamanya. Aku ingin hidup damai dengan suamiku. Seorang suami yang telah banyak dihianati oleh istrinya. Yah, aku sangat berdosa. Maka dari itu, aku akan menebusnya dengan berbakti sebaik mungkin kepada suamiku. Apapun keinginan suamiku, pasti akan kulaksanakan. Dan aku juga akan selalu mengalah kepadanya. Oh, suamiku sayang, suamiku malang, maafkanlah atas segala dosa-dosaku yang teramat besar ini.
*
Begitulah sekelumit 'Kidung Kepahitan' yang dialami oleh Anit. Dia menutup kisahnya sambil mengusap air mata yang membasahi kedua pipinya. Bagaimana jika suatu saat Gaga datang lagi? Entahlah, tapi sepertinya Anit sudah pasrah kepada Yang Maha Kuasa. Apapun yang akan terjadi, Anit bakal siap menghadapinya. Bahkan Anit pun akan mengklipingkan tulisan kisah ini. Dan suatu saat, Anit akan memberikan kliping kisah ini kepada suaminya. Mungkin sebagai pengakuan Anit pada segala kesalahannya. Sebab rasanya tak mungkin bila Anit mampu menceritakan secara lisan.
Sekali lagi Anit berharap, agar kisahnya tidak akan terjai lagi pada siapapun, Amiin .***
Komentar